Barangkali benarlah bicara orang bijak - pandai, "Bersakit dulu, bersenang kemudian", Subhanaallah..
" Ya Allah.. " rungut si anak.
" Kenapa ? " ibu bertanya.
" Kenapa kita miskin, ibu? " berkerut dahi menahan lapar.
" Allah nak naik taraf kita, nak " pujuk ibu.
" Bagaimana pulak... " pertikai si anak.
" Bila susah, kita redha. Iman meningkat, pahala berganda! Bila lapar, kita puasa" senyum ibu.
" Tapi jika orang itu tidak redha dengan kesusahan dia macam mana ibu? "
" Subhanallah... mohon dijauhkan anak ibu.." gundah sang ibu.
si anak terdiam. Menekan perutnya yang menyanyi minta diisi.. Dua hari telah putus makanan kerana banjir yang melanda pantai timur.
Bicara itu telah lama berlalu... Umi faham, tika itu terasa sukar dan susahnya jadi orang miskin. Tidak adilnya DIA. Melihat sahabat di sekolah yang makan enak-enak, tapi kata ibu jadi azimat dan perangsang. Puasa jadi penawar, tawakkal membukit. Meniti kejayaan hasil usaha, doa dan azam yang bukan sedikit. Kini ibu di alam sana, namun bicara keramatnya masih terngiang. Tabahnya ibu, hebatnya wanita itu!
Kini kutemui lagi wanita-wanita hebat seperti itu, sepanjang perjalanan ke USM - ( untuk urusan master dan PHD) umi ditemani 3 sahabat, ukht Murni, ukht Hajar dan Dr Sofiah ( bakal PHD ) . Umi hanya sekadar mendengar cerita perjuangan, kesusahan dan ketabahan sahabat-sahabat ini. Syukurnya ditemukan, dipertautkan hati, dimesrakan atas nama ukhuwwah islamiah. Ya Rabbi.. Sesungguhnya semangat kami berpadu , mendokongi untuk menimba kejayaan dan kecemerlangan dunia akhirat. Ameen.
No comments:
Post a Comment